Dream : Gabar Gembira yang tak Tersampaikan

“ Ayah,ibu Nadira sudah pulang
“
( tak ada jawaban pun dari
dalam rumahnya )
“ Apa ayah dan ibu masih di ladang
?”
Nadira mengahapiri ayah dan
ibunya di ladang,saat ia sampai di ladang ia tidak menemukan ayah dan ibunya,
ia pun bertanya pada pemilik ladang
“ Maaf juragan apa,ayah dan ibu saya hari
ini tidak bekerja “
“ Ayah dan ibu mu tadi bekerja,tapi saat
ini mereka sedang berada di ruamah sakit. “
“ Memangnya siapa yang sedang sakit,apa
ayah dan ibu saya sedang menjeguk tetangga atau mungkin saudara ? “ Tanya
Nadira dengan tenang
“ Tadi
ayahmu mengalami kecelakaan saat bekerja “
“ Apa
ayah mengalami kecelakaan ?! “ Jawab Nadira dengan terkejut
“ Iya
ayahmu tadi tidak segaja terkena sabit saat bekerja “
“
Terima kasih juragan “
Nadira begitu terkejut ketika
mengetahui ayahnya terkena sabit saat bekerja. Nadira bergegas menuju rumah
untuk mengambil sisa uang tabungannya dan menuju rumah sakit. Perjalanan nya
menuju rumah sakit hanya sendirian saja.
Setelah lama Nadira menunggu angkot untuk menuju rumah sakit,akhirnya ia
mendapatkan angkot juga. Nadira memang tidak begitu tergesa-gesa untuk sampai
tujuan namun ia begitu khawatir bagaimana dengan kondisi ayahnya sekarang. “Bagaimana
kondisi ayah sekarang apa baik-baik saja ya ? “ tanyanya dalam hati.
“Ya
Tuhan kabar gembiraku ini tak tersampaikan “ katanya dalam hati kembali.
Di dalam ankot tersebut hanya
ada Nadira,sopir dan sorang lelaki paruh baya saja. Setelah bapak paruh baya
tersebut turun,hanya ada Nadira dan pak sopir saja.
“ Dek kamu mau kemana ? “
Tanya pak sopir
“ Saya mau pergi ke rumah
sakit Harapan Pertiwi,pak “
“ Sepertinya saya tidak sampai
sana,angkotnya lagi sepi saya mau ngetime
di pasar saja dek,maaf ya kamu harus turus disini “
“ Baiklah pak “ jawab Nadira
dengan kesal
Setelah turun dari angkot
Nadira bergegas mencari angkot kembali, untuk sampai di rumah sakit. Untungnya Nadira
langsung mendapatkan angkot sehingga ia dapat menemui orang tuanya. Sesampainya
di rumah sakit ia langsung menuju tempat informasi untuk mencari tahu di mana
ayahnya ditempatkan.
“ Permisi suster saya mau
tanya, di mana tempat pak Wahid ya ?”
“ Oh pak wahid yang terkena sabit itu ya ? ” Tanya suster
“ Iya benar suster “
“ Pak Wahid baru saja
pulang,karena luka yang diderita tidak terlalu parah sehingga diperkenankan
pulang “
“ Terima kasih sus “
Meskipun Nadira tidak bisa
bertemu dengan ayah dan ibunya di rumah sakit namun ia merasa lebih tenang
karena sudah dipastikan kondisi ayahnya sekarang sudah baik.
Nadira pulang ke rumah untuk
dapat menemui ayah dan ibunya. Mungkin saat ini Nadira mendapatkan cobaan
kembali yang lebih berat meskipun masih terselip rasa gembira di hatinya.
Sesmpainya Nadira di rumahnya
,terlihat banyak orang yang sedang menjeguk ayahnya mulai dari teman kerja
ayahnya di ladang sampai tetangga dan saudara Nadira. Nadira mencoba untuk
tenang dalam menghadapi cobaan ini. Nadira masuk kerumah dan menuju ke kamar
ayahnya.
“ Permisi pak “ Nadira mencoba melewati selah-selah banyak
orang yang sedang menjenguk ayahnya.
“ Ayah,apa ayah sudah membaik
? “ Tanya Nadira kepada ayahnya
“ Duduk di sini dulu nak “
pinta ibunya
Nadira mendekati ayahnya, yang
terbaring di ranjang sederhana milik ayahnya.
“ Apa ayah sudah membaik bu ?”
Tanya Nadira kembali pada ibunya
“ Alhamdullilah,ayahmu sudah
lebih membaik nak “
“ Bagaiman hal itu bisa terjadi
bu ? “
“ Lebih baik dibicarakan nanti
saja “ jawab ibunya
Di kamar tersebut masih banyak
orang yang menjeguk pak Wahid. Ayah Nadira memang terlihat seperti biasa
saja,pak Wahid masih terlihat sehat saja namun tak seperti biasanya tangan pak
Wahid berbalut kain kasa.
Setelah semua orang pulang,ibu
mulai menceritakan kejadian tersebut pada Nadira,dan mengajak Nadira ke ruang
tamu sehingga ayahnya tidak mendengar percakapan tersebut dan tidak terganggu
“ Bu,sekarang ceritakan pada
Nadira,bagaimana hal tersebut bisa terjadi pada ayah “ Nadirapun memulai
perbincangan
“ Tadi saat ayah sedang membersihkan
rumput-rumput di ladang, ayah dipanggil oleh temannya,ayahmu-pun menoleh namun
tak terasa tangannya sudah terkena sabit “ jawab ibu
“ Memangnya tadi di rumah
sakit hanya sebentar ya bu ? “ Tanya Nadira kembali
“ Iya,karena luka ayahmu tidak
terlalu berat sehingga tidak usah diopname
dan hanya dibersihkan dari kotoran saja
“
“ Syukurlah kalau begitu bu,
sehingga Nadira tidak perlu khawatir “
“ Bagaimana tadi seleksi yang
kamu jalani nak ? “ Tanya ibu mengalihkan pembicaraan
“ Allhamdullilah bu semuanya
berjalan dengan lancar “ jawab Nadira
“ Pengumumannya kapan ?“
“ Hari Rabu depan bu,do’akan
saja semoga Nadira berhasil “
“ Iya,nak apa metode
penilaiannya sama dengan sekolah pilihanmu dulu ? “
“ Tidak,metode penilaian yang
sekarang ini lebih simple,Nadira
hanya mengumpulkan berkas yang kemarin Nadira pakai dan tidak ada test,nilai
yang diambil dari seleksi yang Nadira ikuti saat ini adalah nilai UN saja “
jawab Nadira dengan panjang
“ Begitu ya nak,jadi peluanmu
lebih banyak “
Perbincangan Nadira dengan
ibunyapun selesai sampai disini,karena sudah ada tamu yang akan menjeguk ayahnya.
Kekhawatiran Nadira tetang kondisi ayahya, membuat ia lupa untuk membicarakan
hal yang bisa membuat orang tuanya bahagia ini : Nadira dijamin lolos
seleksi oleh Bu Nanik.
****
Bersambung ke Satu Hari Sebelum Pengumuman Hasil Seleksi
Komentar
Posting Komentar